Tentang Istana Tuyul Di Klaten
POHON tua yang terletak di sebalah tenggara Kabupaten Klaten, tepatnya di Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini bernama pohon Ketos. Konon pohon ini tidak dapat dibudidayakan dan di permukaan bumi ini hanya tumbuh satu saja, yakni di Desa Bero tersebut.
Desa Bero dahulu merupakan sebuah hutan belantara yang cukup angker. Di hutan yang luas tersebut, pohon Ketos inilah disebut-sebut sebagai titik pusat wingit hutan Bero saat itu. Sampai saat ini pun, pohon setinggi sekitar sembilan meter tersebut sangat dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.
Menurut sang juru kunci pohon Ketos, Dahono (51) yang rumahnya tak jauh dari keberadaan pohon tua itu, usia dari pohon Ketos lebih dari 500 tahun. Saking keramat dan tersohornya pohon tua ini, maka sebagian orang kemudian ada yang menamai kawasan sekitar dengan sebutan Desan Bero ‘Ketos’, sesuai nama dimana pohon ini berada.
Berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Klaten, dengan perjalanan sekitar 30 menit siapapun dapat tiba dimana pohon Ketos ini berada. Dengan melalui jalan-jalan khas pedesaan yang sedikit berbatu, maka perjalanan menuju pohon Ketos ini pun harus dilalui.
Pohon rimbun yang tinggi besar tersebut sekarang masih tegak berdiri di Desa Bero dengan diitari tembok setinggi sekitar 2 meter yang mengelilinginya. Bagian dalam komplek pohon Ketos terlihat rapih dan terawat dengan dibuat alas dari semen. Terlihat pula beberapa bunga, dupa dan kemenyan yang berserakan seolah menambah kesan angkernya pohon satu ini.
Mengadopsi Tuyul
Konon bagi yang mempercayainya, pohon Ketos ini merupakan istananya para makhluk halus berupa Tuyul. Jangan heran pula jika kemudian banyak orang berebut mendapatkan Tuyul di tempat ini.
“Iya benar, pohon Ketos ini untuk mencari thuyul. Tuyul dari sini disebut Tuyul Ketos,” aku Dahono.
Dikatakan juru kunci pohon Ketos yang merupakan generasi kedelapan pemelihara pohon Ketos, walau keberadaan Tuyul selama ini dianggap sebagai bentuk pesugihan yang merugikan dan sebagai makhluk pengganggu keuangan perekonomian warga, namun tetap banyak pula masyarakat yang berminat mengadopsi Tuyul dari pohon Ketos ini.
“Ada ribuan Tuyul di pohon Ketos. Jumlahnya tidak akan berkurang, bahkan terus bertambah. Setiap Tuyul yang ada di tanah Jawa akan berebut mendiami pohon Ketos, mereka akan selalu ada dan mendiami pohon tersebut sampai akhir jaman nanti,” katanya.
Dahono mengatakan, siapa saja yang menginginkan Tuyul Ketos, harus melalui perentara dirinya. Pertama-tama yang harus dilakukan pemohon yakni menemui dirinya dan mengutarakan niatnya untuk memiliki Tuyul Ketos.
Setelah itu, pemohon dan Dahono menuju ke pohon Ketos yang jaraknya hanya sekitar 10 meter dari kediaman si juru kunci. Pemohon wajib membawa perlengkapan sesaji berupa nasi gurih, ayam panggang kampung, pisang raja, serta dilengkapi juga dengan kembang mawar, kemenyan atau dupa yang dibakar di bawah pohon keramat ini.
Setelah itu lengkap, ritual pun segera dilakukan. Oleh Dahono, apa keingainan dari si pemohon pun akan disampaikannya di bawah pohon Ketos.
“Setelah sesaji diberikan, nanti saya membacakan mantra. Nyuwun kepada Eyang Bondho, agar anak cucu dimohon datang ke rumah untuk membantu bekerja,” kata Dahono membacakan mantra dalam bahasa Jawa.
Diungkapkan Dahono, yang dimaksud Eyang Bondho tersebut tak lain adalah danyang alias atau pengusa gaib pohon Ketos. Sedangkan anak cucu Eyang Bondho yang dimaksud tersebut, adalah thuyul-thuyul yang mendiami pohon tua tersebut.
Tugas Dahono sebagai perantara pengadopsian Tuyul belum selesai sampai di situ. Setelah permohonan di pohon Ketos dilakukan, masih ada satu tahapan lagi yang harus dilakukan, yakn proses karantina Tuyul.
Ibaratnya seorang tenaga kerja yang akan memasuki masa kerja, begitu pula dengan Tuyul Ketos ini. Karantina ini bertujuan agar para Tuyul menjadi jinak dan patuh kepada tuannya nanti. “Setelah meminta di pohon Ketos, nanti baru saya kirim ke pamohon,” katanya.
Di rumah Dahono itulah karantina thuyul dilakuakan. Dahono di rumahnya harus menyediakan ruang khusus yang kosong berukuran sekitar 3 x 4 meter untuk menampung Tuyul tersebut. Di kamar kosong khusus yang dilengkapi dengan tempat tidur lengkap dengan bantal guling, minuman kopi, rokok dan kembang setaman.
Di kamar ini, nantinya Dahono akan menerima anak cucu Mbah Bondho tersebut untuk kemudian dipindah secara batin kepada si pemohon.
“Setalah saya dapatkan thuyulnya, langsung saat itu juga saya pindahkan kepada yang menghendakinya,” ujar Dahono.
Tuyul Pohon Ketos Tidak Meminta Tumbal
Agar si pemohon dapat menerima dan merawat thuyul baru tersebut, itu ada syaratnya. Syaratnya, si pemohon haruslah juga menyediakan seperti apa yang disediakan oleh Dahono, yaitu menyediakan suatu ruangan yang kosong. Dikamar itulah nantinya kiriman thuyul dari Dahono akan tiba dalam hitungan hari. Syarat lainnya, yaitu si pemohon tidak boleh marah-marah selama 40 hari lamanya.
Kamar kosong itu juga yang nantinya digunakan sebagai kamar bagi Tuyul Ketos. Di dalam kamar sang Tuyul, tak ketinggalan juga harus dilengkapi dengan tempat tidur dengan bantal, guling yang nantinya digunakan istirahat untuk Tuyul pohon Ketos setelah lelah seharian berdinas.
Untuk memanjakan makhluk gaib kecil berkepala gundul ini, tak ketinggalan mainan pun harus disediakan untuk menunjang kinerja si Tuyul. Aneka macam mainan bahkan sepeda mini pun sering disertakan di kamar Tuyul tersebut. “Asal kita bisa membuat mereka senang, pasti mereka juga akan bekerja dengan baik untuk kita,” kata Dahono.
Satu yang tidak bisa ditinggalkan dari kamar tersebut, yakni keberadaan sebuah lemari. Lemari itulah, nantinya tempat dimana Tuyul tersebut meletakan hasil kerjanya selama seharian dalam bentuk uang tunai. Menurut Dahono, baik antara pemilik Tuyul dan si Tuyul tersebut harus membuat kesepakatan dimana nantinya ang akan diletakan, yaitu di lemari tersebut.
Uniknya, Tuyul keluaran pohon Ketos ini setiap pemohon yang ingin mengambilnya haruslah mengambil secara berpasangan antara Tuyul laki-laki dan thuyul perempuan. “Dalam mengambilnya tidak boleh satu, harus sepasang Tyul laki-laki dan wanita,” tambahnya.
Tuyul Ketos, kata dahono, penggambarannya seperti anak pada umumnya. Tingginya sekitar 100 100 cm, seumuran anak 4 tahun. Tyul-tuyul ini tidak bisa berkomunikasi alias tidak dapat bicara, hingga komunikasi antara pemilik dan si thuyul dilakuakn dengan menggunakan bahasa isyarat.
Karakter masing-masing Tuyul pun berbeda-beda, ada yang rajin mencari uang, namun ada juga malas. Ada yang berpakaian lengkap seperti anak balita, namun ada pula yang hanya mengenakan CD alias celana dalam saja, bahkan yang telanjang bulat pun juga ada. “Itu semua yang bisa melihat dan berkomunikasi adalah si pemiliknya sendiri,” katanya.
Menurut Dahono, beda antara Tuyul dari pohon Ketos dengan Tuyul lainnya yang sekarang sudah tersebar banyak tempat, yakni Tuyul Ketos tidak pernah meminta tumbal kepada pemiliknya. Untuk perawatan, pemilik cukup menyediakan dua buah batang rokok, dua buah minuman, dua buah pisang raja, kemembang setaman dan kemenyan atau dupa setiap malam Jumat -nya.
“Tuyul Ketos tidak merepotkan kok. Tidak seperti thuyul lainnya yang setiap malam Jumat harus meminum air susu ibu (ASI) langsung dari payudara istri si pemilik thuyul,” ungkapnya.
Begitu ketika si pemilik sudah merasa cukup, dan berniat ingin mengembalikan Tuyul itu kembali, tidak ada tumbal nyawa baik istri, anak atau keluarga lainnya. Cukup saja menemui kembali Dahono di Desa Bero Ketos dan mengembalikannya kembali di istananya kembali.
Ritual pengembalian itu disebutnya dengan Ritual Pulang. Prosesi Ritual Pulang hampir sama ketika pemohon dahulu mengambil Tuyul dari pohon Ketos. Bersama oleh Dahono dan pemohon, di bawah pohon Ketos, Dahono memanjatkan mantera pengembalian Tuyul pohon Ketos kembali ke istananya.
Dengan Ritual Pulang itu berarti si pemilik Tuyul tadi sudah tidak mendapatkan lagi hasil kerja dan jerih payah alias uang dari si Tuyul tadi.
“Dengan pemulangan tersebut, sudah pasti hubungan antara pemilik Tuyul dengan si Tuyul pohon Ketos sudah terputus,” terang Dahono.
KESIMPULAN
Kesepakatan antara manusia dan makhluk halus selalu saja ada untung ruginya. Untungnya, manusia bisa kaya mendadak dan tanpa kerja keras dan banting tulang. Tuyul setiap hari sudah menyediakan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup kita. Dengan kekayaan, status sosial akan cepat meningkat dan bisa membeli “kebahagiaan dunia” termasuk menjadi politikus terpandang, juga wanita cantik, seksi dan aduhai yang selama ini diidam-idamkan.
Namun kerugiannya tetap juga ada, yaitu orang yang memelihara Tuyul akan mendapatkan kesulitan saat menjelang ajal. Dia akan sekarat yang lama dan rasa sakit yang luar biasa, sebuah kematian yang pelan-pelan dan sangat menyakitkan serta menyedihkan bagi keluarga yang bakal ditinggalkannya.
Ditinjau dari segi religiusitas, mereka yang memelihara Tuyul akan mendapatkan kerugian :
Pertama, pemelihara Tuyul jauh dari prinsip-prinsip spiritualitas (Agama) yang harusnya dipegang teguh seperti harus sabar, menerima, eling dan waspada. Menjauh dari prinsip spiiritualitas lintas agama, akan mengakibatkan kita hidup di dalam pusaran energi dunia yang tiada berujung pangkal. Keruwetan demi keruwetan harus ditanggung demi untuk memenuhi keinginan. Keinginan sifatnya sementara, karena setelah satu keinginan terpenuhi akan muncul keinginan baru yang lebih besar. Bila kita tidak memiliki kendali atas keinginan, otomatis kita selalu merasa miskin dan ini siksaan batin.
Kedua, Tuhan tidak akan memberi kemuliaan hidup bagi manusia yang tidak mau berusaha keras. Berpangku tangan menunggu datangnya uang setoran dari para Tuyul ibarat menunggu datangnya rahmat dan hidayah Tuhan tanpa siap untuk bersusah payah. Ingat dimana manusia menanam bibit kejahatan, pastilah manusia itu akan mendapatkan buah kejahatannya sendiri.
Ketiga, sebagai manusia yang takut akan azab Tuhan tentulah akan menjauh menghindari perbuatan kemusyrikan. Maka dari itu marilah kita semua kembali kejalan Tuhan yang benar dengan terus belajar dan menimba ilmu agama, agar kelak bisa menjadi benteng diri dalam menahan dan menghindari segala godaan bisikan syetan yang bisa membawa petaka. Agama adalah tempat manusia untuk mensucikan diri dari segala hawa nafsu dan keserakahan. Agama juga sebagai tempat untuk penenang hati yang dalam keresahan dan kegundahan akan godaan syetan.. *.*
Istana tuyul di Klaten - Itulah video mr Tukul jalan-jalan di Klaten episode "
istana tuyul di Klaten"