Halo sahabat Mas GunKlaten Berbagi, kali ini penulis akan menceritakan sejarah tentang Sendang Sinongko yang berada di dukuh Tegal Sendang, Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Simak ya kisah berikut ini.
Sendang Sinongko terletak di Dukuh Tegal Sendang Desa Pokak Kecamatan Ceper, sekitar 7 kilometer dari pusat Kabupaten Klaten, awal mula sejarah sendang ini adalah legenda yang menyebutkan terdapat suatu Kadipaten yang pusat pemerintahannya
berada di Perdikan dan memiliki suatu sendang yang di pergunakan sebagai tempat bersuci atau pemandian.
Wilayah kadipaten ini berbatasan di sebelah barat dengan Gunung Merapi dan sebelah Timur dengan Gunung Lawu yang di pimpin oleh seorang Adipati bernama Ki Singodrono, di bantu oleh seorang patih yang bernama Ki Irokopo.
Dalam menjalankan pemerintahan keduanya sangat arif dan bijaksana serta ahli di bidang ilmu kebatinan dan kamuksan
Alkisah,
suatu hari kadipaten Gunung Lawu dan Gunung Merapi di bawah naungan kerajaan Pantai Selatan yang dikuasai oleh Kanjeng Ratu Kidul atau yang lebih di kenal dengan sebutan Nyi Roro Kidul meminta upeti berupa hewan dan manusia setiap tahunnya.
Tentu saja hal ini di tolak mentah-mentah oleh Ki Singodrono dan Ki Irokopo, mereka hanya menyetujui persembahan berupa hewan saja. Mengetahui permintaanya tidak dituruti, Nyi Roro Kidul marah dan pertempuran pun tak terelakkan.
Nyi Roro Kidul bertempur dengan Adipati Ki Singodrono dibantu Ki Irokopo, dan dimenangkan oleh Nyi Roro Kidul. Adipati Ki Singodrono dan Ki Iropoko meninggal dengan cara moksa dan hilang jasadnya.
Ki Singodrono moksa di Sendang Barat (saat ini dikenal dengan nama Sendang Sinongko) dan Ki Irokopo meninggal di Sendang Timur di daerah Pokak.
Itulah legenda terbentuknya Sendang Sinongko. Nama Sinongko sendiri merupakan pemberian dari Raja Surakarta Sinuhun Paku Buwana VII yang pada saat melakukan perjalanan ke Yogyakarta singgah dan beristirahat di tempat itu sambil makan buah nangka.
Kemudian, beliau membuang isinya ke sendang sambil mengatakan, "Mangke saumpami wosipun nangka menika tuwuh lan saged gesang, tuwin sendang menika dados rejo supados dipun paringi asma sendang Sinongko,".
Di Sendang Sinongko setiap setahun selalu diadakan acara adapt "Tasyakuran Bersih Sendang Sinongko", tepatnya pada Jumat Wage di bulan Agustus atau awal September sehabis panen di musim kemarau.
Tradisi ini mengandung makna agar warga masyarakat menjaga keseimbangan lingkungan dengan mengadakan acara bersih sendang supaya airnya tetap bersih dan jernih, sehingga sendang ini bisa dimanfaatkan ubtuk mengairi sawah dan sekitrnya sepanjang musim.